Rak Buku Kami, #4

Kalau kamu baca artikel kami di minggu yang lalu, satu resolusi Kami Perempoean di tahun 2018 ini adalah memperbanyak baca buku! Terutama, buku-buku yang menambah pengetahuan tentang isu-isu yang berhubungan dengan perempuan. Nah, buat ngasih kamu ide untuk bahan bacaan di awal tahun ini, minggu ini kami mau merekomendasikan beberapa buku yang menurut kami menarik buat dibaca. Kamu punya buku menarik yang menurut kamu pantes direkomendasikan? Langsung aja yuk hubungi kami atau tulis langsung di kolom komentar! 🙂

***

cover luarPerempuan-perempuan tersayang | Bahasa Indonesia | Fiksi – Drama keluarga

Setelah beberapa bulan kehausan (?) novel berbahasa Indonesia, akhirnya mimin dapet akses jugaa ke novel yg mimin actually suka. Tokoh utama buku ini adalah Fransinia, seorang perempuan yang asalnya dari Kota Soe di NTT. Sebagai back story, di buku ini dibilang kalo Fransin itu sekolah dan kuliahnya beasiswa terus dan berprestasi lah pokoknya. Dia baru aja lulus kuliah dan lagi ada di masa-masa nunggu dipanggil wawancara kerja. Tapi lalu karena ada masalah keluarga, dia terpaksa pulang ke Kota Soe. Nah inti dari buku ini adalah tentang gimana Fransin menghadapi dilema yang mengharuskan dia memilih antara keluarga dan impiannya.

Hal yang bikin mimin suka banget sama buku ini adalah karena si penulis juga mengangkat topik yang cukup berat yang terjadi di NTT. Tenang, ini bukan spoiler kok. Jadi di buku ini ada teman Fransin di Kota Soe yang seorang dokter. Dia bercerita kalau kehamilan di luar nikah itu sesuatu yang sering sekali ditemui. Dia bilang kalau salah satu penyebabnya adalah bahwa orang tidak tahu fungsi alat reproduksi sehingga jadi sembarangan saja. Lalu di sisi lain juga ada permasalahan di mana perempuan yang hamil di luar nikah itu biasanya lalu diasingkan oleh keluarganya supaya tidak ada tetangga yang tahu. Padahal, misalnya, kehamilan itu adalah akibat perkosaan. Lalu tapi si pelaku brengsek masih saja hidup seperti biasa tanpa hukuman atau cercaan apapun. Sementara si perempuan yang diasingkan, akan berada dalam kondisi kesehatan yang sangat tidak baik. Pertama, karena kehamilan di usia muda itu sangat riskan. Kedua, seringkali mereka jadi harus tinggal di Ume Bubu, rumah tradisional NTT yang biasanya ada di belakang rumah utama dan digunakan sebagai tempat memasak.

Mimin acungin jempol banget buat penulisnya. Jarang-jarang ketemu buku yang mengangkat isu perempuan yang dibalut dalam sebuah drama begini. Sisi romance-nya juga ada dalam porsi yang cukup, dan ini juga menurut mimin oke banget. Jadinya topik penting yang berusaha diangkat si penulis gak tenggelam dalam cinta-cintaan melulu.

Tunggu apa lagi, gih beli bukunya! Recommended banget serius.

 

51pj6vh9u-l-_sx329_bo1204203200_Dietland | Bahasa Inggris | Fiksi – Chicklit

Dietland bercerita tentang Plum, seorang perempuan yang sejauh yang dia ingat, dia selalu obesitas. Waktu dia kecil, dia seringkali di-bully karena berat badannya. Walaupun sebenarnya ketika itu, dia gak tahu apa itu obesitas dan dia gak tahu bahwa obesitas itu sesuatu yang dipandang rendah oleh orang lain. Dia hanya tahu bahwa dia itu ya.. Plum, tidak kurang tidak lebih. Ketika dia beranjak dewasa, barulah dia mulai mengerti tentang obesitas dan sebagai konsekuensinya, kepercayaan diri dan penghargaan dirinya bisa dikatakan jadi hilang sama sekali. Di masa sekarang di buku ini, Plum bekerja di sebuah media empire di New York sebagai ghost writer untuk editor majalah remaja Daisy. Perusahaan ini pun gak memperlakukan dia dengan sepantasnya lataran ukuran tubuhnya. Kenapa? Soalnya majalah Daisy ini kan isinya semacam tips-tips jadi kurus lah, model-model yang dipakai juga sekurus batang lidi, pendorong konsumerisme, dll. Jadi ya pegawai di kantor majalah itu pun ya harus stylish dan kurus. Mereka sih tetep butuh kerjaan si Plum, tapi Plum gak dikasih kantor di gedung majalah itu. Plum disuruh kerja dari rumah dan cuma dateng sebulan sekali buat laporan sama si editor. Nah, inti cerita dari Dietland adalah gimana Plum yang terobsesi banget untuk jadi kurus, dia bahkan udah punya jadwal buat operasi sedot lemak, ketemu sama seorang aktivis perempuan yang lalu pelan-pelan mengubah cara pandang Plum terhadap dirinya sendiri. Lewat buku ini, mimin jadi sedikit lebih mengerti gimana jahatnya banyak orang sama mereka yang dipandang memiliki kelebihan berat badan. Mimin sendiri dari kecil juga emang selalu chubby, bulet, gendut, you name it lah. Tapi terus terang mimin gak pernah ngalamin kayak yg dialami Plum. Lewat buku ini, mimin jadi belajar untuk lebih hati-hati buat ngomong, jangan sampai bikin orang sakit hati atau minder. At the same time, dalam proses Plum kembali meraih kepercayaan dirinya, mimin juga ngerasa ikut dalam prosesnya. Di bawah ini ada kutipan dari novelnya yang mimin suka banget.

I was fat, and if I no longer saw it as a bad thing, then the weapon they had used against me lost its power.” –Sarai Walker

 

id_kpb2015mth12spusdlkukkl_cUntold Story Susi Pudjiastuti: Dari Laut ke Udara, Kembali ke Laut | Bahasa Indonesia | Biografi

Kayaknya bukan rahasia lagi deh kalau para mimin Kami Perempoean mengidolakan Bu Susi, ibu menteri kelautan dan perikanan yang gaya dan jalan hidupnya gak konservatif dan sering jadi kontroversi. Sejak pertama kali namanya diumumkan jadi menteri, banyak banget orang yang berusaha mengdiskreditkan Bu Susi dengan berbagai alasan. Mulai dari dia cuma lulusan SMP lah, suka merokok lah, punya tato di kaki lah, udah cerai dua kali lah… Pemberitaannya di media juga kadang-kadang aneh-aneh dan lebih terfokus sama gayanya daripada pekerjaannya (link ke artikel tentang liputan media). Buku yang terbit di tahun 2015 ini menarik banget buat mengenal lebih dalam sosok Bu Susi. Buku ini isinya kebanyakan adalah wawancara dengan orang-orang yang mengenal dekat Bu Susi, mulai dari keluarga, teman sekolah, teman profesional, karyawan, sampai mantan suaminya sendiri. Karena wawancara-wawancaranya dilakukan di tahun 2014 saat Bu Susi belom lama menjadi menteri, kebanyakan komentar yang dilontarkan terkait dengan kontroversi tentang latar belakang Bu Susi. Kebanyakan orang-orang yang diwawancarai mengaku gak kaget kalau Bu Susi jadi menteri, karena memang beliau ternyata dari dulu dikenal sangat cerdas dan berjiwa pemimpin banget. Mimin juga belajar lebih banyak tentang Bu Susi yang berjiwa humanis dan berusaha untuk mengangkat orang-orang di sekitarnya, seperti para nelayan di Pangandaran.

Yang menarik lagi buat mimin di buku ini nih, nada wawancaranya beda-beda banget. Kebanyakan wawancaranya memang nadanya positif tentang Bu Susi, tapi ada juga lho, wawancara yang kedengerannya songong banget dan ngerendahin Bu Susi, walaupun kata-katanya manis-manis banget. Ada juga yang keliatan kalau sebenernya dia gak suka sama perempuan mandiri macam Bu Susi. Ada juga yang wawancaranya isinya “saya, saya, saya”, padahal ini kan buku tentang Bu Susi. Kebetulan (atau gak kebetulan?) kebanyakan orang yang di wawancara di buku ini itu adalah pria. Jadi kamu bisa ngeliat juga macam-macam pengaruh patriarki di buku ini 😛

Tinggalkan komentar